Bahasa Indonesia Dikalangan Pelajar

Bahasa di kalangan para pelajar sekarang sudah sangat jauh melenceng dari pakem yang berlaku. Dan banyak yang mengakui bahwa bahasa yang mereka pakai atau yang lebih sering disebut dengan "bahasa gaul" agak sedikit arogan dan kurang mempunyai sopan santun, berbeda dengan jaman dahulu. Tapi itulah yang namanya perubahan era, bahkan bahasa pun terpengaruh. Banyak yang melatari perubahan tersebut, terutama dari media-media yang sering kita jumpai seperti televisi, radio, dan surat kabar. Pun dalam periklanan, bahasa Indonesia yang tidak baku lebih sering ditampilkan dibandingkan dengan yang baik dan benar. Hal ini dikarenakan bahasa Indonesia yang non-baku lebih menarik, mudah diucapkan dan diingat, juga tidak kaku. Dan bagi para pelajar, adalah sesuatu yang agak memalukan jika dalam percakapan sehari-hari mereka menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kenapa? Karena hampir semua berpikir bahwa bila mereka berbeda dari yang lain dalam hal ini berbahasa, khususnya daerah Ibukota dan sekitar mereka akan di cap sebagai seseorang yang lain dalam konotasi negatif, seperti berasal dari kampung dan lain-lain.

Miskinnya perbendaharaan bahasa Indonesia juga menjadi salah satu alasan. Banyak pelaku-pelaku bahasa yang masih mencari istilah-istilah yang berada di luar konteks berbahasa yang benar. Dan itu adalah ciri dari sebuah negara yang mempunyai bahasa yang minim. Dan sangat tidak etis bila ide-ide yang dilahirkan oleh oknum/pelaku bahasa itu menjiplak dari bahasa daerah atau bahasa dari negara lain. Oleh sebab itu sudah selayaknya Departemen Pendidikan Nasional memberi acuan yang jelas dan baku mengenai bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk digunakan di dalam dunia pendidikan, usaha, dan pemerintahan. Sebab kalau dalam hal ini tidak ada ketegasan dari pemerintah, kita tidak bisa bayangkan bagaimana bahasa Indonesia kedepan jadinya.

Berikut adalah hasil wawancara mengenai topik bahasan. Wawancara pertama saya lakukan dengan kakak saya, Kaisar Jenius Hakiki. Dan yang kedua dengan seorang teman, Luluk Hadiyanto. Dari situ kita akan melihat pendapat mereka masing-masing tentang apa yang kita bahas sekarang ini.


Wawancara 1

Irene :
Menurut kamu, apa yang terjadi dalam berbahasa di kalangan pelajar?

Kaisar :
Bagi para pelajar, bukan substansial bahasa itu sendiri, tapi lebih kepada aksen dan gaya. Kebanyakan, mereka memakai apa yang sedang populer dimasanya, termasuk dalam berbahasa.

Irene :
Dalam perubahan yang sedang berlangsung, apakah itu baik atau buruk?

Kaisar :
Sangat buruk! Karena itu merusak tatanan yang sudah ada. Dimana tatanan sebelumnya itu jauh lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang mereka bawa/pakai.


Wawancara 2

Irene :
Apa pendapat kamu tentang bahasa Indonesia di kalangan pelajar?

Luluk :
Adalah bahasa komunikasi yang digunakan pelajar-pelajar diseluruh Indonesia. Karena Indonesia terdiri dari banyak suku, pulau, kesenian, budaya, bahasa daerah dan lain-lain, maka digunakanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar komunikasi dan pemersatu di kalangan pelajar.

Irene :

Apa yang kamu tangkap dalam mereka berbahasa saat ini?

Luluk :
Perubahan. Pergeseran pemakaian kata-kata. Dan dalam menyikapinya, seharusnya pelajar-pelajar Indonesia bisa lebih menghargai bahasa tanah air sebagai bentuk rasa nasionalisme. Disamping memang kita juga belajar bahasa asing untuk bersaing dengan dunia luar di era globalisasi ini, tapi janganlah sampai rasa kenasionalismean kita terlupakan. Contoh: bahasa daerah dari masing-masing pelajar berasal juga demikian, keanekaragaman dan keunikannya itu adalah kekayaan budaya negeri ini. Dan akan sangat disayangkan bila hal itu terlewatkan untuk diperhatikan.


Dalam 2 wawancara kecil yang dilakukan diatas, tentunya kita bisa menangkap bahwa perubahan dalam berbahasa sedang terjadi. Dan sesuai dengan tema, yang kita soroti adalah tentang apa terjadi di kalangan pelajar. Kesimpulannya adalah, perubahan buruk yang sedang berlaku saat ini hendaknya bisa dihentikan. Sebelum bahasa Indonesia kehilangan masa depannya.

0 comments: